Sunday, March 24, 2013

CERPEN: cinta itu

Cinta Itu…

Jika mencintai seseorang akan menyakitkan seperti ini, aku lebih memilih untuk tidak mencintai siapapun. Ketika aku mencintai namun aku tidak mendapatkan apa yang aku cintai, aku harus merelakan apa yang yang aku cintai untuk dimiliki oleh orang lain. Aku melakukannya tiada lain untuk kebahagiaannya. Walaupun harus mengorbankan kebahagianku sendiri.
oOo
            “Happy anniversary 2 tahun sayaaaang!” teriak Mika di telingaku.
            “Woy ! Bisa tuli aku kamu buat sayang!” balasku dengan ketus.
            Ya. Itulah aku dengannya, pacaran tapi layaknya kakak adik yang saling mengganggu. Namaku Sarah Liliana. Akrab dipanggil Sarah. Hubunganku dengannya sudah 2 tahun lamanya. Melewati waktu bersama, saling mengenal, merajut cinta yang indah.
            Ucapan anniversary 2 tahun itu tinggal kenangan, ga akan ada lagi anniversary berikutnya. Ya, hari itu sudah beberapa bulan yang lalu. Dan 1 bulan semenjak hari itu juga aku tidak pernah berjumpa lagi dengannya. Tidak ingin. Aku tidak ingin melihatnya lagi. Aku membencinya, oh tidak! Aku sungguh mencintainya. Sangat! Jika diukur dengan apapun itu, cintaku tiada taranya.
oOo
            Pagi itu...
Aku datang dengan ceria ke tempat kita sering bertemu. Di jembatan dekat rumahku lah kita sering bertemu. Jembatan itu kita beri nama sendiri ‘jembatan cinta’. Aku menunggu kedatangan pangeranku, setengah dari jiwaku. Satu jam berlalu. Dia tak kunjung datang. Tidak biasanya dia terlambat. Entah kenapa perasaanku mengatakan terjadi sesuatu. Aku pulang dalam keadaan menangis.
            Ku raih handphone diatas tempat tidurku. Ada sms dari Mika.
Maaf sayang, aku ga bisa datang ada sedikit urusan
            from : my life (081805218xxx)
okelah kalo gitu. Aku memilih untuk keluar menenangkan diri. Ku ambil kunci BMW kesayanganku, hadiah ultah disaat umurku 17 tahun, 3 tahun yang lalu. Aku menuju ke tempat hospotan langgananku.
Siapa orang itu? Sepertinya aku kenal. Itu Mika! Tapi siapa wanita di dekatnya?
Tergesa-gesa aku menuju meja mereka.
            “kamu! Ngapain disini?! Tadi katanya ada urusan! Urusan apa?? Urusan sama cewek lain maksudnya???” bentak ku ceplas ceplos.
            “Sarah, dengerin aku dulu , dengerin penjelasanku” pintanya lembut sambil menarik lenganku. Aku duduk disampingnya. Wanita itu hanya tertunduk, tak brani menatapku.
            “ada yang mau aku jelasin ke kamu Sar. Setelah sekian lama aku sembunyikan dari kamu. Ini Nana, kita telah bertunangan sekitar 4 bulan yang lalu. Kamu ingat, dia mantanku yang dulu pernah aku ceritain ke kamu.” Tuturnya panjang lebar. Satu hal yang kurasa, sakit, sangat sakit. Bahkan aku tak kuasa menahan tangisku.
            “tt-teruus ak-ku giimana?” tanyaku terbata-bata. Suaraku tak jelas karna bercampur dengan tangisku.
            “Maaf Sar. Selama ini aku tidak mencintai kamu. Aku menganggap kamu seperti adikku sendiri. Aku sudah berusaha untuk mencintai kamu selama 2 tahun ini. Tapi maaf, aku gagal” jelasnya dengan jujur. Seketika dunia hancur ketika aku mendengar penjelasannya itu.
            Tak kuasa diam di tempat itu. Aku bangkit dan berlari menuju mobilku dengan terburu-buru. Rasanya ingin segera aku meninggalkan tempat terkutuk ini! Tak tau kemana aku pergi. Kata-kata Mika tadi menghantuiku. Disaat aku merasa telah menemukan laki-laki yang tepat, yang benar-benar mengerti bagaimana aku, mengapa harus seperti ini akhirnya?
            Seandainya dari awal aku tau bahwa jatuh cinta sama artinya dengan membunuh diriku secara perlahan. Lebih baik aku tidak merasakan jatuh cinta.
oOo
            “Sarah bantu bunda nyiram bunga dong?” kata-kata bunda membuyarkan lamunanku tentang masa lalu.
           
            “iya bunda, tunggu sebentar” jawabku.
            “cepet dong sayang, anak cewek itu ga boleh males!”
Aku keluar dari kamar. Ku hampiri bundaku tersayang itu dan menggelitiknya.
            “iyaaa,, ah bunda cerewet deh” ejek ku pada bunda.
Aku begitu menyayangi bunda. Dia yang selalu memberi semangat padaku. Meyakinkan bahwa cinta itu tak harus memiliki. Mengajarkanku bahwa kebahagiaan orang lain lebih penting dari kebahagiaanku sendiri. Dan yang paling penting, dia mengajarkanku untuk ikhlas merelakanMika untuk orang lain.
            Ku siram bunga bunga yang ada dihalaman ini. Gile banyaknya. Bunda ni suka banget sama bunga. Ayah juga rajin beliin bunda bunga yang lucu-lucu.
Sambil denger lagu dari headphone aku menyiram bunga, seperti biasa lagu yang ku putar lagunya Bondan U’ll Sorry.
            Telah ku berikan semua
            Kasih dan cintaku
            Namun kau hempas aku
            Pastikan dirimu
            Kau akan sesali, you’ll be sorry!
            “permisi mbak” ucap seseorang.
            “mbak”
            “ah? Iya. Ada apa mas?” kulepas headsetku.
           
            “ini mbak ada undangan” katanya sambil menyerahkan sebuah kertas undangan.
            “oh iya. Terimakasih mas”
            Saat ku baca nama itu. Nama yang tertera dalam undangan itu. Rasanya dunia ini diguncang dengan hebatnya. Rasanya badan ini dingin membeku. Semua perasaan di hati ini, cinta ini, semakin hancur.
            Hidupku semakin hancur saja rasanya. Bagaimana tidak, aku menerima undangan pernikahan orang yang paling aku cintai selama ini. Rasanya ingin mati saja dari pada hidup seperti ini. Meskipun dia telah bertunangan bersam wanita lain. Aku tetap mencintainya. Tapi sekarang? Sanggupkah aku mempertahankan cinta pada seseorang yang tak akan pernah bisa untuk aku miliki?
oOo
            Gaun itu indah sekali. Warnanya putih. Dia cantik menggunakan gaun itu. Tapi ada yang membuat aku sakit. Harusnya aku yang mengenakan gaun itu. Harusnya aku! Aku yang seharusnya tampil cantik di depan para undangan ini. Ya.. harusnya dia memilih aku sebagai pendamping hidupnya.
            Aku sudah seperti orang gila saja. Tak tahan aku melihat orang-orang yang menyelamati mereka. Aku ingin pergi. Berlari sekencang-kencangnya. Teriak sekeras-kerasnya. Ingin ku katakan bahwa aku disini hampir mati.
            Berlari ku menuju mobilku. Ku kemudikan menjauh dari rumahnya. Tempat acara berlangsung. Dengan mataku yang sembab oleh tangisku sendiri, aku pergi sejauh mungkin yang aku bisa. GILA! Ya, itu tepatnya. Tak peduli bagaimana ramainya jalan jalan ini. Aku menerobos keramaian dengan kecepatan tinggi. Handphoneku berbunyi. Pasti teman-temanku yang hadir di pesta itu menyadari hilangnya aku dari pesta itu. Kuraih handphoneku di dalam tas di kursi sebelah. Tetap dalam kecepatan tinggi aku menyalip sebuah mobil di depanku. Sempat aku menekan tombol hijau. Tanda bahwa aku mengangkat telpon itu. Sekilas terbaca nama yang tertera di layar handphone itu. My life...
            Saat itulah aku lengah. Tak kulihat mobil kontainer tepat di depanku. Kuinjak rem sekeras mungkin. Tapi apa daya, aku tak dapat menghindar lagi. Mungkin memang sampai disini aku dapat mempertahankan cinta itu.. akuu cinta kamu Reka. Berbahagialah...
Ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttt.. BRAAAAAAKKKK!!!!
            Putih. Itu yang aku lihat.
oOo
praaaaang!!
Gelas yang dibawa Mika jatuh.
oOo

No comments:

Post a Comment